Senin, 11 Desember 2017

Resume Buku Struktur Fundamental Pedagogik "The World"

Dengan istilah “dunia” (the world), Freire merujuk kepada realitas budaya. Dunia bukan sebuah realitas yang sudah tersedia sebagaimana realitas alam. Dunia diciptakan manusia dalam perjalanan waktu atau sejarah (serempak pula manusia diciptakan oleh sejarah). Dunia bukanlah realitas yang independen dari manusia. Freire menolak bahwa dunia berada sebagai sebuah realitas yang terpisah dari manusia.

Kesadaran tentang dunia melalui dunia kesadaran akan mengkondisikan manusia untuk senantiasa merancang keberadaannya (bereksistensi) di dunia dengan cara yang kreatif berbeda dengan hewan, tidak memiliki dunia, kehidupannya hanya sekedar ekstensi dari life-support-nya. Menurut Freire, dunia ini hakikatnya spiritual. Kesadaran manusia yang menciptakannya. Lalu karena dunia adalah ciptaan manusia, maka dunia mengalami perkembangan.

Tidak berarti Freire menerima tesis evolusi sebagaimana yang dilakukan oleh John Dewey dalam menjelaskan perkembangan kehidupan “hukum besi”. Freire (1997 :53) menegaskan : “Dunia bersifat tidak static dan tertutup. Dunia bersifat terbuka bagi intervensi manusia. Dunia tidak memiliki “hukum besi” yang melibas manusia yang tanpa daya terseret oleh hukum besi tersebut. Juga, tidak benar adanya pernyataan bahwa sejarah sudah berakhir sebagaimana dikemukakan oleh kaum neoliberal. Sejarah berjalan terus menuju kemungkinan-kemungkinan. Juga tidak benar adanya pernyataan bahwa masa depan bersifat predetermined sebgaimana dikemukakan oleh kaum kiri.”

Di dunia manusia adalah subjek. Akhir dari sejarah adalah sebagimana yang kita alami saat ini: kapitalisme, demokrasi, globalisasi, juga penganggura, kemiskinan, penderitaan. Juga, masa depan tidak sudah pasti (predetermined future) sebagimana yang diyakini oleh kaum kiri dengan eschathology Marx. Dunia berada diluar manusia, dunia objektif manusia, terpisah dari manusia karena itu sering menciptakan “hukum” tersendiri yang dapat menenggelamkan kesadaran. Iptek dapat membuat manusia memujanya, iptek menjadi mirip dengan agama, manusia menjadi seakan tidak punya pilihan lain selain iptek. Dalam beragama tersedia pilihan berbagai agama, namun dalam iptek tidak demikian halnya. Terdapat tuntutan bahwa masalah keidupan harus diselesaikan secara ilmiah.

Freire menuntut agar manusia dapat membangun interrelasi dengan dunia dan sesama manusia. Manusia bukan hanya di dunia, tetapi bersama dunia. Dalam interrelasi ini manusia menjadi subjek, setiap manusia adalah subjek. Interrelasi ini mengalami perkembangan, karena manusia melakukan dialektika. Dialektika ini adalah kisah perjalanan subjek yang diakletis dengan dunianya. Dialektika ini terutama merupakan peranan dari kesadaran manusia. 

Resume Buku Filsafat Pengetahuan “Mediterania”


Kali ini bert berbeda degan biasanya, ia merasa bahwa dirinya Muslim, tetapi dalam banyak hal sebutannya sebagai Muslim, tak mampu ia tunaikan dengan baik. Oleh karena itu bert ingin menguak dinamika ilmu di lingkup masyarakat Muslim yang ia imani. Bert begitu gundah ingin mengetahui, mengapa seluruh dunia termasuk masyarakat dan pemerintah Indonesia begitu kuat memperhatikan dan mendinamisasi perkembangan ISIS di Iran, Irak dan Suriah, serta dampaknya tentu saja terhadap dunia islam, termasuk Indonesia.

            Bert memulai kajiannya dengan menelaah berbagai kajian tentang Mediterania. Ia membagi cerita ini dengan lawan diskusinya bernama Lana. Lana adalah salah satu figure intelektual muda yang dalam kasus tertentu khususnya kesenangannya dalam mempelajari perkembangan filsafat dan ilmu si Sumeria. Bert merasa bangga dan juga bahagia karena bisa bertemu dengan sosok yang mampu memberinya asumsi tentang dinamika masyarakat Timur Tengah dengan isu ISIS di dalamnya.

            Suatu hari bert bertanya kepada lana apa yang ia ketahui tentang mediterania, kemudian lana menjelaskan bahwa mediterania adalah suatu wilayah dikawasan Laut Tengah. Wilayah ini beriklim subtropis, posisinya berada di pegunungan Muda Sirkum Pasifik. Wilayah ini berbatasan dengan sebuah laut yang oleh para ahli diberi nama Mediterania. Mediterania berarti negeri daratan tengah yang berada di antara laut yang posisinya menghubungkan antarbenua dia dunia. Posisinya terletak di antara Eropa sebelah utara, Afrika di sebelah Selatan dan Asia di sebelah Timur. Luas wilayah dimaksud mencapai 2,5 juta kilo meter per segi. Lautan ini, dimasa lalu menjadi jalur lalu lintas tersibuk, karena semua jalur perdagangan melintasi wilayah ini. Inilah yang menyebabkan mengapa daerah ini dianggap strategis selalu menjadi tempat pertarungan berbagai ideologi, yang ujung sebenernya adalah pertarungan ekonomi.

            Mediterania sebagai wilayah yang menjadi pusaran bisnis dunia. Negeri-negeri di sini selalu memiliki sumber energy yang lebih dibandingkan dengan negeri mana pun di dunia. Oleh sebab itu terlalu banyak pihak yang ingin mencoba masuj dan menguasai wilayah ini. Inilah yang menyebabkan kenapa negara-negara di wilayah ini, dari dulu sampai sekarang tidak pernah memperoleh kedamaian. Hanya satu wujud manusia yang mampu mempertemukan berbagai kepentingan masyarakat disini. Wujud itu yaitu nabi Muhammad SAW, selain itu tidak pernah ada. Banyak kepentingan dan banyak orang terus berperang memperubatkan wilayah ini, termasuk ISIS juga yang dibuat oleh mereka yang ingin menguasai wilayah-wilayah ini.

Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa




Pengertian motivasi belajar itu sendiri terdapat beberapa pendapat ahli yang mengemukakannya. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif”. Seorang peserta didik dapat belajar lebih baik jika adanya: hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif (Hamzah, Uno 2010: 23).

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik adalah orang tua, yaitu pola asuh orang tua terhadap peserta didik. Pola asuh orang tua adalah model atau cara orang tua menjaga, memelihara, dan membimbing anaknya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam melakukan dasar-dasar perilaku bagi anakanaknya dan juga memberikan motivasi bagi anaknya dalam belajar.

Menurut Colbert (Sujata, 2005: 32) “Orang tua harus dapat memberikan pola asuh yang tepat/sesuai dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat mempersepsikan pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik sehingga dapat memotivasi belajarnya”. Artinya pola asuh orang tua terhadap peserta didik akan dapat mempengaruhi bagaimana cara pandang, penilaian peserta didik terhadap orang tua, dan dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.

Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres Psikologis




Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan kampus. Stres yang dialami oleh mahasiswa dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Pengelolaan stres biasanya berhubungan dengan strategi koping. Koping membantu individu menghilangkan, mengurangi, mengatur atau mengelola stress yang dialaminya. Koping dipandang sebagai faktor penyeimbang usaha individu untuk mempertahankan penyesuaian dirinya selama menghadapi situasi yang dapat menimbulkan stres (Billing & Moos, 1984).

Pengelolaan dengan pendekatan restrukturisasi kognitif disebut terapi kognitif yang diusulkan oleh Beck, yang bertujuan untuk mengubah pola piker yang maladaptif. Pendekatan lain dikembangkan oleh Meichenbaum yang disebut stress-inoculation training. Pelatihan tersebut dirancang dengan melatih keterampilan untuk mengurangi stres dalam mencapai tujuan pribadi (Sarafino, 1998).

Berpikir positif merupakan suatu keterampilan kognitif yang dapat dipelajari melalui pelatihan. Pada prinsipnya melalui pelatihan berpikir positif ini diharapkan subjek mengalami proses pembelajaran keterampilan kognitif dalam memandang peristiwa yang dialami. Limbert (2004) dari penelitiannya menyimpulkan bahwa berpikir positif mempunyai peran dapat membuat individu menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih positif. 

Musik Untuk Menurunkan Stres




Stres merupakan hal yang menjadi pokok pembicaraan sejak bertahuntahun lamanya. Stres dapat dialami oleh individu manapun seperti individu yang bekerja di lingkungan pendidikan. Sarafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumbersumber dari sistem biologis, psikologis dan social yang terdapat dalam dirinya.
Terapi musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi (Djohan, 2006). Selanjutnya Kemper dan Danhauer (2005) menjelaskan mengenai manfaat musik. Musik selain dapat meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaanperasaan dan pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas.

Terapi musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wigram dalam Djohan, 2006). Campbell (2001) menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan gelombang Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan perhatian pada kegiatan seharihari di dunia luar, juga ketika kita mengalami perasaan negative yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periodeperiode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan.

Campbell (2001) selanjutnya menerangkan bahwa musik memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan; (2) musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak; (3) music mempengaruhi pernapasan; (4) music mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5) musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) music juga mempengaruhi suhu badan; (7) music dapat mengatur hormonhormon yang berkaitan dengan stres; (8) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi kita tentang waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (11) musik dapat meningkatkan produktivitas; (12) music meningkatkan asmara dan seksualitas; (13) musik merangsang pencernaan; (14) music meningkatkan daya tahan; (15) music meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; dan (16) musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera.

Dampak Tayangan (Drama Korea) di Televisi dalam Perubahan Sikap dan Perilaku Remaja




Di era globalisasi saat ini, semua hal dengan mudah dapat masuk ke negara kita, Indonesia tidak hanya perdagangan bebas, namun budaya-budaya dari negara luar pun mudah ditularkan. Ditunjang dengan perkembangan teknologi informasi seperti televisi merupakan media yang dianggap dominan dibandingkan media lainnya, budaya popular dengan mudah berkembang. Salah satu budaya popular yang sedang dan masih booming di Indonesia adalah demam Korea (Korean Wave).

 Munculnya budaya popular ini membawa dampak tersendiri bagi Indonesia khususnya untuk kalangan remaja. Remaja dianggap sebagai fase dimana seorang anak masih mencari-cari jati dirinya, membuat remaja seringkali mencari panutan dari orang-orang yang dianggapnya berpengaruh dalam hidupnya. Sehingga tidak aneh, jika ada remaja menjadi fans dari seorang artis, karena mungkin sang artis membawa pengaruh dalam hidup remaja. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah pengaruh yang dibawa oleh artis tersebut baik ataukah buruk, kemudian bagaimana dampaknya pada perilaku remaja tersebut. Disadari maupun tidak artis sebagai orang yang kehidupannya selalu disorot mau tidak mau menjadi panutan (role model) bagi para fansnya.

Sebagian besar drama addict menjadi lebih sering berkhayal setelah menonton drama selain itu juga mereka menjadi lebih agresif (cepat marah) apabila hobi mereka menonton tayangan tersebut diremehkan oleh orang lain khususnya teman sebaya mereka. Menonton drama juga didasari oleh rasa takut karena tidak diperhitungkan dilingkungan pertemanan. Mereka mengaku merasa ketinggalan zaman jika tidak menonton tayangan Korea yang satu ini karena teman bergaul mereka rata-rata menonton tayangan tersebut. Mereka merasa malu dan takut akan anggapan “ketinggalan zaman” dan itu merupakan salah satu faktor yang mendorong mereka menonton drama. Rasa takut tidak diperhitungkan yang ditunjukkannya secara tidak sadar mempengaruhi sikapnya sehari-hari, dimana akhirnya ketika ada waktu senggang mereka  menghabiskan waktu untuk menonton tayangan tersebut.

Kecenderungan perilaku meniru yang dilakukan oleh drama addict dimana mereka mengadopsi bahasa dan fashion yang ditampilkan dalam tayangan drama sehingga bisa memperkaya pengetahuan informan melalui bahasa negara lain sedangkan meniru fashion dianggap masih dalam koridor yang sesuai dengan adat istiadat yang masyarakat Indonesia junjung tinggi. Namun apabila peniruan ini dilakukan dengan kondisi yang memaksakan seperti memaksa memiliki pakaian dengan brand yang sama dengan sang artis dimana pastinya dengan harga yang cukup mahal itu kan menjadi suatu yang negative untuk ditiru. 

Para drama addict memilih untuk menghabiskan waktu sehari-hari yang tanpa mereka sadari aktivitas tersebut dapat menghambat kreatifitas dan menghambat sosialisasi mereka dengan lingkungan secara nyata. Mereka cenderung lebih senang menghabiskan waktunya untuk menonton drama daripada menghabiskan waktu mereka untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.  Sebagian ada yang bersosialisasi hanya dengan sesama penggemar drama, biasanya mereka memiliki komunitas sendiri yang memiliki kegemaran yang sama seperti mereka. 

Pengaruh Humor Terhadap Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi




Skripsi merupakan gerbang terakhir yang umumnya dilalui oleh setiap mahasiswa sebelum menjadi sarjana. Saat mahasiswa telah menempuh semester akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya, mahasiswa diwajibkan untuk menulis skripsi. Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa adakalanya dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kesulitan dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan lain-lain. 

Agar stres yang dialami mahasiswa yang mengerjakan skripsi tidak mengarah pada distres atau stres negatif maka dibutuhkan penanganan agar stres yang dialami mahasiswa skripsi berkurang atau hilang, Salah satu cara untuk menghilangkan stres adalah dengan humor. Humor digambarkan sebagai salah satu stimulus yang dapat membantu seseorang untuk tertawa dan merasa bahagia. Stimulasi humor adalah suatu bentuk perlakuan yang menimbulkan respon yang menyenangkan dan dapat menurunkan stres.

Pada umumnya untuk mengatasi stres, seseorang menggunakan selingan-selingan humor dalam perkataannya. Para penulis psikoanalisa sudah lama menekankan bahwa humor juga memudahkan penyesuaian yang sehat dengan membantu menanggulangi stres (Kris, dalam Karimah, 2011). Dananjaya (dalam Darmasyah, 2010) mengemukakan, dengan humor seseorang dapat berkomunikasi dengan rileks, santai dan tidak tegang/stres, tanpa humor memungkinkan seseorang terjebak dalam rasa frustrasi yang menyebabkan stres akibat adanya permasalahan.

Seseorang yang memiliki skor tinggi pada Coping Humor Scale menunjukkan bahwa mereka lebih dapat berhadapan dengan situasi yang penuh dengan tekanan (stressful situasion), yang mana mereka akan dapat mengartikan masalah-masalah yang ada sebagai sebuah tantangan dari pada ancaman atau hambatan yang menekan, dan dapat mengatasi secara aktif permasalahan- permasalahan yang ada. Oleh sebab itu humor sangat penting artinya ketika seseorang dalam kondisi stres. Ketika ketegangan/stres muncul pada diri seseorang, maka menggunakan humor merupakan solusi yang baik dan dapat memberi pertolongan sebagai pengurang stres tersebut. 

Minggu, 10 Desember 2017

Kurangnya Tenaga Pendidik BK dalam Melakukan Needs Asesment di Sekolah

Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan untuk merespon tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Produk pendidikan dan pelatihan akan bermakna dan diterima di masyarakat jika produk pendidikan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam rangka menjembatani kesenjangan antara produk pendidikan yang dihasilkan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat adalah dengan melakukan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat (Needs Assessment).
Asesmen merupakan salah satu bagian dari pengukuran. Dalam konteks bimbingan dan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan atau berlangsung. Asesmen merupakan merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan assesmen dalam bimbingan dan konseling yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien. Asesmen yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah konseling berlangsung memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah klien.
Namun need assessment ini tidak akan berjalan maksimal apabila tenaga pendidik yang menanganinya tidak seimbang dengan jumlah para peserta didik. Jumlah peserta didik yang tidak seimbang dengan tenaga kependidikan dapat mempengaruhi kinerja dari guru BK itu sendiri. Karena idealnya 1 Guru BK hanya mampu menangani sekitar ±125-150 siswa. Oleh sebab itu dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai dampak dari jumlah peserta didik terhadap kinerja guru BK dalam melakukan need assessment. 

Pengembangan Media Pohon Karir Digital untuk Meningkatkan Eksplorasi Siswa SMA

Bimbingan karir adalah proses pemberian bantuan kepada siswa dalam memahami dan berbuat atas dasar Pengenalan diri kesempatan kerja dan mampu mengambil keputusan  serta dapat mengelola pengembangan karirnya (Manrihu 1988:18). Bimbingan karir juga merupakan program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik atau layanan-layanan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan dan waktu luang serta mengembangkan keterampilan-keterampilan didalam mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan  dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Herr,1979).

Pada era sekarang adanya inovasi yang memudahkan guru bk dalam mengeksplorasi siswanya dalam melihat karir dimasa depan, yaitu menggunakan pohon karir. Miniatur pohon karir digunakan guru bk ketika melakukan beberapa layanan dengan siswa, guna siswa dapat melihat secara langsung karir-karir dan profesi di pohon tersebut dan mempunyai arahan dalam dirinya. Zaman pun mengiringi waktu, saat ini sudah banyak media-media digital yang digunakan untuk menjadi bahan pengajaran siswa di sekolah. Tidak hanya guru mata pelajaran, guru bk juga dapat memanfaatkan digital untuk dapat memberi beberapa layanan terhadap siswanya. Siswa dapat melihat tampilan di sebuah layar proyektor yang berisikan konten pohon karir digital menggunakan adobe flash. Hal ini sangat memudahkan penggunanya yaitu guru bk, dan membuat ketertarikan tersendiri bagi siswa. Sehingga tujuan dari pemahaman karir sejak di masa sekolah pun dapat terpenuhi dan siswa dapat mengeksplorasinya.

Penerapan Layanan Peer Conseling dalam proses Bimbingan Kelompok


Peran keluarga besar yang semakin menurun terhadap kemandirian keluarga menyebabkan disparitas peran orangtua dan siswa. Kesenjangan hubungan tersebut menyebabkan siswa yang berada pada tahap perkembangan remaja awal sampai dengan masa remaja akhir lambat dalam menemukan identitas diri akibat tuntutan kedewasaan yang semakin tinggi. Dalam  segala segi,  remaja  mengalami perubahan, dan  perubahan-perubahan yang sangat cepat sering menimbulkan kegoncangan dan ketidak-pastian. Goncangan dan ketidakpastian juga muncul dari lingkungan yang sedang dan akan terus cepat berubah. 
Dalam menghadapi badai perkembangan ("storm and stress") banyak remaja yang berhasil mengatasi berbagai rintangan. Mereka menjadikan rintangan dan berbagai kegagalan sebagai peluang dan tantangan untuk tetap bangkit meraih keberhasilan, membentuk kelompok sebaya untuk saling menguatkan,  dan pada akhirnya berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara wajar.  Di pihak lain, banyak pula remaja yang gagal dan kandas terhempas ke dalam berbagai tingkah  laku menyimpang yang tidak sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang dituntut­kan kepadanya. Badai perkembangan dihayati sebagai suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan, dan mereka larut dalam kegagalan. Seringkali kelompok individu ini juga larut dalam aktivitas kelompok sebaya yang kurang positif.
Merujuk pada hal tersebut di atas, maka kedudukan konselor sebaya diharapkan mampu mengurangi tingkat stress siswa baik karena tuntutan akademik maupun non akademik, sehingga siswa dapat menyesuaikan diri dan memecahkan permasalahan hidupnya secara mandiri pada akhirnya. Konselor sebaya merupakan model konseling yang mengadaptasi model pembelajaran “Tutor Sebaya”. Konselor sebaya adalah model konseling melalui optimalisasi potensi siswa yang memiliki kemampuan konseling. Dalam model ini, siswa yang memiliki kemampuan konseling dijadikan sumber belajar (konselor) bagi siswa lain yang memiliki permasalahan-permasalahan tertentu.
Model konselor sebaya memanfaatkan peran siswa untuk menjadi mitra belajar menyelesaikan masalah bagi rekan-rekan sesama siswa, atau pihak lain yang hampir sama secara psikologis (sebaya). Model ini diilhami oleh model pembelajaran co-operative learning dan collaborative learning. Melalui model konselor sebaya jarak antara siswa yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan konseling (konselor), dengan siswa yang memiliki masalah dapat didekatkan. Sehingga hambatan psikologis sosiologis yang menyebabkan siswa tertekan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Siswa yang memiliki masalah akan lebih mudah berdiskusi dan bertanya kepada teman yang berkemampuan lebih (konselor). Model ini juga dapat menghindari kefrustrasian siswa yang menyukai tantangan (bagi siswa yang akan berperan sebagai konselor), karena siswa tersebut mendapat tantangan yang lebih banyak untuk membantu teman lainnya yang kurang mampu memecahkan masalahnya sendirian. Dia merasa mendapatkan kepercayaan dan perhatian sehingga merasa lebih diberdayakan. Perasaan semacam ini diharapkan dapat memacu dan menumbuhkan semangat untuk berprestasi yang lebih baik, sehingga muncul konselor-konselor sebaya yang berkompeten.
Namun demikian, dalam praktiknya tentu saja siswa yang mendapatkan label sebagai konselor sebaya, haruslah mengetahui terlebih dahulu hal-hal pokok yang perlu dilakukan dalam konseling. Mengingat, bahwa apa yang terjadi dalam konseling tidak semuanya sama seperti hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan berbagi cerita atau curhat dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan Anak Usia 16-18 tahun



1.  Perkembangan Fisik
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir,proporsi tubuh mencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni :
1)    Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Psikologi remaja
2)    Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional.

2. Perkembangan Kognitif
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut :
a.    Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b.    Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c.    Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d.    Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e.    Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja
f.     Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g.    Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)

3. Perkembangan Emosi 
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat.
Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
a.    Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
b.    Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
a.    Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
b.    Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak

4. Pekembangan Moral
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). psikologi remaja

5. Perkembangan Sosial
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.

6. Perkembangan Kepribadian
Psikologi remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1.    Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
2.    Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3.    Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4.    Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis
5.    Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
1.    Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2.    Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3.    Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4.    Mengembangkan sikap-sikap pribadinya

7. Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.

8. Perkembangan Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektualdansosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.

9.  Perkembangan Moral
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak mememntingkan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa ingin diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). Sedangkan ciri-ciri perkembangan moral menurut Elizabeth B. Hurlock (1997: 225) adalah sebagai berikut:
a.    Pandangan moral remaja semakin lama semakin abstrak.
b.    Penilaian moral remaja semakin kognitif
c.    Penilaian moral remaja mengalami orientasi dari egosentris ke sosiosentris, kemudian ke prinsif universal.

d.    Penilaian remaja secara psikologis lebih mahal, karean seringkali mengalami ketegangan psikologis.

Perkembangan Anak Usia 13-15 tahun


1.  Perkembangan Fisik
Dari segi fisik, remaja usia 13-15 tahun , perkembangan lebih cepat dibandingkan dengan fase pra remaja. Nafsu makan yang kuat salah satu yang menyebabkan pertumbuhan pada usia 13-15 tahun semakin cepat. Selain itu, otot-otot pada tubuh semakin berkembang sehingga menyebabkan kekakuan jika tidak dibarengi dengan latihan melenturkan otot. Jika kita lihat dari segi bentuk ukuran tubuh, tubuh remaja laki-laki lebih pendek dibandingkan dengan tubuh remaja perempuan. Sementara organ seks pada remaja 13 – 15 tahun mulai berkembang dan perkembangannya pun semakin cepat  secara biologis. Hal ini menyebabkan hormon-hormon seksual pun ikut berkembanng.

2.  Perkembangan Mental
Kelebihan yang dimiliki oleh seorang remaja pada usia 13 - 15 tahun adalah daya ingat remaja sangat bagus.Penyerapan pelajaran yang dia pelajari akan lebih mudah masuk dibandingan fase remaja yang lain. Kalau dilihat dari segi mental, seorang remaja lebih sering mengkhayalkan masa – masa indahnya. Seorang remaja laki-laki lebih suka mengkhayalkan remaja perempuan yang mulai dikenal dibandingkan dengan masa depannya. Hal ini menyebabkan daya khayalnya berkembang lebih cepat dibandingkan ketika ia masih berumur kurang 13 tahun.
  
3.  Perkembangan Kognitif
Menurut Peaget remaja itu dalam proses kognitifnya masuk ke tahapan oprasional formal.
Tahapan Oprasional Formal (12 tahun ke atas) :
1.    Mampu berfikir logis soal abstrak serta menguji hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis.
2.    Sudah bisa mengetahui sebab dan akibat dari apa masalah yang kemungkinan terjadi.
3.    Perkembangan otak berlaku dengan pesat yaitu 30% - menuju kesempurnaan.
4.    Meningkatnya kemampuan berfikir (thinking).
5.    Sudah dapat/bisa memecahkan masalah sendiri (problem solving).
6.    Bisa mengambil keputusan (decision making).
7.    Mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya (intellegence).
8.    Mengembangkan bakat (apttitude).

4. Perkembangan Sosioemosional
Secara Sosial, seorang remaja cenderung kepada kehidupan sosial yang berkelompok.Hal ini dikerenakan mereka khawatir kalau dalam sosialnya tidak diakui dalam kelompok seumurnya. Pembentukan kelompok seumurnya seperti geng – geng motor yang tidak diakui oleh komunitas atau kelompok tertentu menyebabkan mereka berani melakukan apapun yang sifatnya perbuatan negatif mislanya balapan liar, minuman keras, sabu-sabu sampai melukai orang orang yang dianggap penghalang mereka. Namun ada pula kelompok sosial yang berminat positif misalnya bergabung dengan kelompok pecinta alam, kelompok olah raga dan lain-lain sebagainya. Seringkali kita lihat mereka tidak ingin mereka diatur dengan peraturan yang ketat karena mereka lebih sering  menuntut kebebasan individu yang mulai belajar berpikir bebas dan kritis.
Seiring dengan perkembangan tersebut , suasana hati seorang remaja seusia ini sering berubah-ubah .Tidak jarang dalam suatu waktu ia merasakan suasana yang menyenangkan , kemudian tiba-tiba sangat sedih , Kadang menjadi anak baik, kadang akan menjadi anak yang susah diatur. Pada masa ini remaja sangat rentan melakukan hal – hal negatif  terhadap seksualitas yang mulai berkembang. Pada masa ini remaja sibuk mencari jati diri . Mereka sudah mulai berpikir bagaimana kehidupan mereka kelak. Kemana mereka melanjutkan sekolahnya. Pada fase inilah mereka menemukan dengan segala macam keterbatasannya.
Perubahan pada emosi :
1.    Mudah terusik, agresif, murung, cuek, memberontak, emosional.
2.    Sangat mengambil kira tentang penampilan diri mereka, apa orang lain kata dan fikirkan.
3.    Suka menyendiri, berkurung dalam bilik, lihat cermin,
4.    Merasa malu dan keliru dengan perubahan diri
5.    Tidak suka diatur dan disuruh oleh ibu dan bapak.
6.    Sering berselisih paham dengan orang tua.

5. Perkembangan Agama
Dalam masalah agama, remaja awal umumnya sangat malas memahami agama. Walau begitu hal ini sebenarnya tergantung kepada lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan tersebut yang akan membentuk karakter seorang remaja. Lingkungan pertama yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga.Jika keluarga mempunyai nuansa rohani yang kental maka sedikit banyak akan mempengaruhi anak remajanya. Selain keluarga adalah lingkungan yang terdekat misalnya sekolah, teman-teman terdekat, teman sekelas, teman sepermainan dan lain-lain sebagainya.

6. Perkembangan Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektualdansosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.

7.  Perkembangan Moral
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak mememntingkan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa ingin diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). Sedangkan ciri-ciri perkembangan moral menurut Elizabeth B. Hurlock (1997: 225) adalah sebagai berikut:
a.    Pandangan moral remaja semakin lama semakin abstrak.
b.    Penilaian moral remaja semakin kognitif
c.    Penilaian moral remaja mengalami orientasi dari egosentris ke sosiosentris, kemudian ke prinsif universal.

d.    Penilaian remaja secara psikologis lebih mahal, karean seringkali mengalami ketegangan psikologis.

Resume Buku Struktur Fundamental Pedagogik "The World"

Dengan istilah “dunia” (the world), Freire merujuk kepada realitas budaya. Dunia bukan sebuah realitas yang sudah tersedia sebagaimana real...