Sabtu, 09 Desember 2017

Kurangnya Tenaga Pendidik Di Sekolah - sekolah


Tidak dapat dipungkiri lagi begitu banyak permasalahan yang terdapat dalam pendidikan di negeri kita Indonesia. Seperti rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan, dan juga keterbatasan tenaga kependidikan. Dari berbagai macam permasalahan pendidikan dalam artikel kali ini akan membahas tentang permasalahan pendidikan yaitu keterbatasan/kurangnya ketenagakerjaan pendidik didalam sekolah. Dan disini saya telah mengamati permasalahan ini di sekolah-sekolah dan salah satunya yaitu SMAN 6 Kabupaten Tangerang.
Kurangnya ketenagakerjaan pendidik di SMAN 6 Kab.Tangerang menjadi permasalahan yang cukup berat. Banyak guru yang bukan ahlinya namun diperkerjakan menjadi guru mata pelajaran tertentu sebagai contoh guru BK di sekolah tersebut sebenarnya ada 4 orang namun yang benar-benar lulusan sarjana pendidikan Bimbingan Konseling hanya 1 dan yang lainnya bukan lulusan dari Bimbingan konseling. Bahkan 2 diantaranya sebenarnya adalah guru mata pelajaran Kimia dan multimedia namun karena kurangnya guru Bimbingan Konseling akhirnya mereka diperintahkan untuk mengisi kekurangan untuk guru Bimbingan Konseling.
Dan contoh yang lain yaitu banyak guru-guru disana yang berperan double(ganda) atau menjadi guru dalam 2 mata pelajaran bahkan lebih dari itu. Misalnya guru Biologi namun juga mengajar mata pelajaran seni budaya dan juga pelajaran sejarah. Dan juga banyak guru yang memegang lebih dari 8 kelas untuk mata pelajarannya. Hal ini terjadi karena kurangnya ketenagakerjaan pendidik dalam sekolah tersebut. 
 Kekurangan ketenagakerjaan pendidik dalam sekolah itu seharusnya jangan dianggap mudah karena banyak dampak negative yang akan timbul. Jika guru yang bukan ahlinya mengajarkan mata pelajaran tertentu pasti hasilnya tidak akan baik. Seperti guru kimia yang menjadi guru Bimbingan Konseling pasti akan terjadi kesimpangan karena guru kimia tersebut tidak tahu teknik-teknik atau ilmu dalam bimbingan konseling. Guru tersebut belum tentu tahu cara yang benar dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi kepada para siswa, sedangakan jika guru-guru yang memang benar-benar lulusan sarjana bimbingan konseling pasti sudah mengetahui teknik-teknik tersebut karena memang mereka sudah mempelajarinya sejak lama.
Dan tentunya ini menjadi hal yang serius jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena ketidaktahuan mereka tentang ilmu-ilmu tersebut. sebagai contoh ada seorang murid yang bertanaya kepada guru mata pelajaran sejarah, “ pak bagaimana kondisi masa penjajahan jepang di Indonesia”, karena guru tersebut memang bukan dari lulusan pendidikan sejarah akhirnya guru itupun menjawab “ saya bukan lahir pada masa penjajahan tersebut jadi saya tidak mengetahui kondisi disana seperti apa” begitu jawaban dari guru tesebut. Memang itu hanya sebuah bercandaan namun itu bukan hal yang akan dijawab oleh seorang guru. walaupun guru tersebut bisa menjelaskan materi tentang pelajaran yang ia ajarakan namun karena ia bukan dari lulusan bidang tersebut pasti materi/ilmu yang disampaikan tidak lengkap atau tidak sempurna.
Dan juga jika seorang guru memegang 2 bahkan lebih mata pelajaran ini akan meyebabakan ketidak efektifan dalam system pembelajaran dikarenakan pasti dari semua maa pelajaran yang ia pegang tentu tidak semuanya bisa berjalan baik karena banyak hal yang harus diselesaikan. Ketidak fokusan seorang guru tersebut bisa menjadi permasalahan yang serius untuk murid-muridnya dikelas. Dalam system pengajarannya pun pasti tidak maksimal dan pasti ada yang terabaikan pada salah satu pelajaran yang dipegangnya.
Seharusnya semua mata pelajaran yang ada disekolah haruslah dipegang atau diajarkan oleh seseorang yang memang ahli dalam bidang tersebut. guru Bimbingan Konseling seharusnya dari lulusan sarjana pendidikan Bimbingan konseling, Biologi dari lulusan Biologi dan begitu seterusnya. Agar pelajaran yang diajarkan itu akan maksimal karena memang dipegang oleh ahlinya dalam bidang-bidang tersebut. Banyak sekolah-sekolah yang mengalami permasalahan ini terlebih di daerah terpencil karena para pendidik/guru hamper rata-rata tidak menginginkan untuk mengajar dipedalaman karena banyak factor yang menurut mereka sangat sulit untuk dihadapi. Seperti jarak sekolah yang jauh, fasilitas yang tidak memadai, bayaran yang kecil, dan banyak lagi factor-faktor yang lain.
Permasalahan ini harus segera diselesaikan, banyak cara untuk menyelesaikannya salah satunya dengan cara sekolah harus merekrut guru-guru setidaknya 2 tahun sekali, mungkin cara ini bisa membantu mengurangi permasalahan tersebut. namun merekrut seorang guru tidak bisa dilakukan sembarangan atau asal-asalan. Pendidik harus di uji apakah dia layak untuk mengajar disekolah tersebut. dan seharusnya untuk tenaga pendidik minimal lulusan S1. Pendidik yang sudah usia untuk pension seharusnya digantikan oleh pendidik/guru yang baru karena dikhawatirkan guru yang sudah berusia lanjut terkadang tidak terlalu efektif dalam mengajar didalam kelas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume Buku Struktur Fundamental Pedagogik "The World"

Dengan istilah “dunia” (the world), Freire merujuk kepada realitas budaya. Dunia bukan sebuah realitas yang sudah tersedia sebagaimana real...