Tidak dapat dipungkiri
lagi begitu banyak permasalahan yang terdapat dalam pendidikan di negeri kita
Indonesia. Seperti rendahnya
sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya
prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi
pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan, dan juga keterbatasan
tenaga kependidikan. Dari berbagai macam permasalahan pendidikan dalam artikel
kali ini akan membahas tentang permasalahan pendidikan yaitu
keterbatasan/kurangnya ketenagakerjaan pendidik didalam sekolah. Dan disini
saya telah mengamati permasalahan ini di sekolah-sekolah dan salah satunya
yaitu SMAN 6 Kabupaten Tangerang.
Kurangnya ketenagakerjaan pendidik di SMAN 6 Kab.Tangerang
menjadi permasalahan yang cukup berat. Banyak guru yang bukan ahlinya namun
diperkerjakan menjadi guru mata pelajaran tertentu sebagai contoh guru BK di
sekolah tersebut sebenarnya ada 4 orang namun yang benar-benar lulusan sarjana
pendidikan Bimbingan Konseling hanya 1 dan yang lainnya bukan lulusan dari
Bimbingan konseling. Bahkan 2 diantaranya sebenarnya adalah guru mata pelajaran
Kimia dan multimedia namun karena kurangnya guru Bimbingan Konseling akhirnya
mereka diperintahkan untuk mengisi kekurangan untuk guru Bimbingan Konseling.
Dan contoh yang lain yaitu banyak guru-guru disana yang
berperan double(ganda) atau menjadi guru dalam 2 mata pelajaran bahkan lebih
dari itu. Misalnya guru Biologi namun juga mengajar mata pelajaran seni budaya
dan juga pelajaran sejarah. Dan juga banyak guru yang memegang lebih dari 8
kelas untuk mata pelajarannya. Hal ini terjadi karena kurangnya ketenagakerjaan
pendidik dalam sekolah tersebut.
Kekurangan
ketenagakerjaan pendidik dalam sekolah itu seharusnya jangan dianggap mudah
karena banyak dampak negative yang akan timbul. Jika guru yang bukan ahlinya
mengajarkan mata pelajaran tertentu pasti hasilnya tidak akan baik. Seperti
guru kimia yang menjadi guru Bimbingan Konseling pasti akan terjadi kesimpangan
karena guru kimia tersebut tidak tahu teknik-teknik atau ilmu dalam bimbingan
konseling. Guru tersebut belum tentu tahu cara yang benar dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi kepada para siswa, sedangakan jika
guru-guru yang memang benar-benar lulusan sarjana bimbingan konseling pasti
sudah mengetahui teknik-teknik tersebut karena memang mereka sudah
mempelajarinya sejak lama.
Dan tentunya ini menjadi hal yang serius jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan karena ketidaktahuan mereka tentang ilmu-ilmu tersebut. sebagai
contoh ada seorang murid yang bertanaya kepada guru mata pelajaran sejarah, “
pak bagaimana kondisi masa penjajahan jepang di Indonesia”, karena guru
tersebut memang bukan dari lulusan pendidikan sejarah akhirnya guru itupun
menjawab “ saya bukan lahir pada masa penjajahan tersebut jadi saya tidak
mengetahui kondisi disana seperti apa” begitu jawaban dari guru tesebut. Memang
itu hanya sebuah bercandaan namun itu bukan hal yang akan dijawab oleh seorang
guru. walaupun guru tersebut bisa menjelaskan materi tentang pelajaran yang ia
ajarakan namun karena ia bukan dari lulusan bidang tersebut pasti materi/ilmu
yang disampaikan tidak lengkap atau tidak sempurna.
Dan juga jika seorang guru memegang 2 bahkan lebih mata
pelajaran ini akan meyebabakan ketidak efektifan dalam system pembelajaran
dikarenakan pasti dari semua maa pelajaran yang ia pegang tentu tidak semuanya
bisa berjalan baik karena banyak hal yang harus diselesaikan. Ketidak fokusan
seorang guru tersebut bisa menjadi permasalahan yang serius untuk
murid-muridnya dikelas. Dalam system pengajarannya pun pasti tidak maksimal dan
pasti ada yang terabaikan pada salah satu pelajaran yang dipegangnya.
Seharusnya semua mata pelajaran yang ada disekolah haruslah
dipegang atau diajarkan oleh seseorang yang memang ahli dalam bidang tersebut.
guru Bimbingan Konseling seharusnya dari lulusan sarjana pendidikan Bimbingan
konseling, Biologi dari lulusan Biologi dan begitu seterusnya. Agar pelajaran
yang diajarkan itu akan maksimal karena memang dipegang oleh ahlinya dalam
bidang-bidang tersebut. Banyak sekolah-sekolah yang mengalami permasalahan ini
terlebih di daerah terpencil karena para pendidik/guru hamper rata-rata tidak
menginginkan untuk mengajar dipedalaman karena banyak factor yang menurut
mereka sangat sulit untuk dihadapi. Seperti jarak sekolah yang jauh, fasilitas
yang tidak memadai, bayaran yang kecil, dan banyak lagi factor-faktor yang
lain.
Permasalahan ini harus segera diselesaikan, banyak cara
untuk menyelesaikannya salah satunya dengan cara sekolah harus merekrut
guru-guru setidaknya 2 tahun sekali, mungkin cara ini bisa membantu mengurangi
permasalahan tersebut. namun merekrut seorang guru tidak bisa dilakukan
sembarangan atau asal-asalan. Pendidik harus di uji apakah dia layak untuk
mengajar disekolah tersebut. dan seharusnya untuk tenaga pendidik minimal
lulusan S1. Pendidik yang sudah usia untuk pension seharusnya digantikan oleh
pendidik/guru yang baru karena dikhawatirkan guru yang sudah berusia lanjut
terkadang tidak terlalu efektif dalam mengajar didalam kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar