Sabtu, 09 Desember 2017

Sikap Mencontek pada Siswa


Menyontek dapat diartikan sebagai perbuatan untuk mencapai suatu keberhasilan dengan jalan yang tidak sah. Menyontek dapat dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain, menyalin jawaban teman, mengintip buku teks atau catatan saat ulangan, dan tanya-jawab dengan teman saat ulangan. Mungkin menyontek adalah kegemaran kebanyakan siswa. Menyontek adalah salah satu fenomena yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktifitas belajar mengajar sehari-hari. Menyontek seperti telah menjadi kebiasaan para siswa, tidak hanya di Indonesia di luar negeri pun menyontek telah menjadi budaya yang dianggap lumrah, tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan kita di Indonesia. Banyak siswa yang tergiur untuk menyontek meskipun hanya sekali. 
Beberapa anak setelah menyontek sekali merasa bersalah dan tidak mengulanginya lagi, sementara beberapa anak yang lain bisa ketagihan dan merasa hal ini sangat berguna. Sayangnya, beberapa anak yang sudah mulai mencontek susah untuk berhenti. Menurut teori, dari  pengertian sikap itu sendiri yaitu keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Jadi, sikap moncontek yang dimiliki  pada siswa sekarang ini bisa terjadi dikarenakan faktor lingkungan sekitar yang mana pada zaman sekarang ini lebih melihat atau menjunjung nilai dalam raport dibanding dengan proses pembelajaran itu sendiri, sehingga membuat para siswa mau tidak mau harus berusaha agar dapat mendapat nilai yang bagus walaupun dengan cara yang salah.
Pembentukan sikap itu sendiri terjadi karena berbagai banyak faktor salah satunya yaitu terjadi karena  pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Banyak siswa yang memiliki pengalaman yang sulit karena faktor nilai yang rendah seperti mendapat tekanan sosial-emosi dari orang-orang disekitarnya seperti orangtua mereka. Biasanya orangtua akan memarahi anaknya apabila terdapat nilai yang tidak sesuai dengan harapan mereka, itu bisa menjadi tekanan tersendiri bagi sang anak dan akan meninggalkan kesan yang kuat terhadap si anak sehingga anak menempuh segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan cara mencontek.
Faktor orangtua mereka itu juga menjadi orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Para siswa pada awalnya yang tidak melakukan kegiatan mencontek ini terpengaruh oleh teman-teman sekawannya yang lainnya. Yang diperkuat juga dengan reinforcement yang mereka dapatkan setelah melakukan kegiatan mencontek tersebut banyak diantara mereka yang mendapat banyak pujian karena mendapatkan nilai yang bagus tanpa memperdulikan cara apa yang mereka lakukan  untuk mendapat nilai tersebut dan itu menjadikan penguatan untuk sikap yang telah terbentuk itu sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume Buku Struktur Fundamental Pedagogik "The World"

Dengan istilah “dunia” (the world), Freire merujuk kepada realitas budaya. Dunia bukan sebuah realitas yang sudah tersedia sebagaimana real...