Menyontek dapat diartikan sebagai
perbuatan untuk mencapai suatu keberhasilan dengan jalan yang tidak sah.
Menyontek dapat dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain, menyalin jawaban
teman, mengintip buku teks atau catatan saat ulangan, dan tanya-jawab dengan
teman saat ulangan. Mungkin menyontek adalah kegemaran kebanyakan siswa.
Menyontek adalah salah satu fenomena yang sering dan bahkan selalu muncul
menyertai aktifitas belajar mengajar sehari-hari. Menyontek seperti telah
menjadi kebiasaan para siswa, tidak hanya di Indonesia di luar negeri pun
menyontek telah menjadi budaya yang dianggap lumrah, tetapi jarang mendapat
pembahasan dalam wacana pendidikan kita di Indonesia. Banyak siswa yang tergiur untuk
menyontek meskipun hanya sekali.
Beberapa anak setelah menyontek sekali merasa
bersalah dan tidak mengulanginya lagi, sementara beberapa anak yang lain bisa
ketagihan dan merasa hal ini sangat berguna. Sayangnya, beberapa anak yang
sudah mulai mencontek susah untuk berhenti. Menurut teori, dari pengertian sikap itu sendiri yaitu keadaan
diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam
kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau
kondisi di lingkungan sekitarnya. Jadi, sikap moncontek yang dimiliki pada siswa sekarang ini bisa terjadi
dikarenakan faktor lingkungan sekitar yang mana pada zaman sekarang ini lebih
melihat atau menjunjung nilai dalam raport dibanding dengan proses pembelajaran
itu sendiri, sehingga membuat para siswa mau tidak mau harus berusaha agar
dapat mendapat nilai yang bagus walaupun dengan cara yang salah.
Pembentukan sikap itu sendiri
terjadi karena berbagai banyak faktor salah satunya yaitu terjadi karena pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Banyak siswa yang memiliki pengalaman
yang sulit karena faktor nilai yang rendah seperti mendapat tekanan
sosial-emosi dari orang-orang disekitarnya seperti orangtua mereka. Biasanya
orangtua akan memarahi anaknya apabila terdapat nilai yang tidak sesuai dengan
harapan mereka, itu bisa menjadi tekanan tersendiri bagi sang anak dan akan
meninggalkan kesan yang kuat terhadap si anak sehingga anak menempuh segala
cara untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan cara mencontek.
Faktor orangtua mereka itu juga
menjadi orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut. Para siswa pada awalnya yang tidak
melakukan kegiatan mencontek ini terpengaruh oleh teman-teman sekawannya yang
lainnya. Yang diperkuat juga dengan reinforcement yang mereka dapatkan setelah
melakukan kegiatan mencontek tersebut banyak diantara mereka yang mendapat
banyak pujian karena mendapatkan nilai yang bagus tanpa memperdulikan cara apa
yang mereka lakukan untuk mendapat nilai
tersebut dan itu menjadikan penguatan untuk sikap yang telah terbentuk itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar