A.1. Perkembangan Fisik
Mencakup
pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10
tahun baik laki‐laki maupun perempuan
tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia
remaja yaitu 12 ‐ 13 tahun
anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, Sumantri dkk (2005).
- Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang
lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun
tahun di SD.
- Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum
usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih
langsing dari anak laki‐laki.
- Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa
lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
- Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih
berat dan lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki
memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.
- Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak
tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan
menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak laki‐laki
memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.
- Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem
tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal
(prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam
tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta
perkembangan ciri‐ciri
seks primer dan sekunder.
A.2. Perkembangan Motorik
Perkembangan
motorik, fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun), di tandai dengan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang
ideal untuk belajar ketrampilan yang berhubungan dengan motorik, baik halus
maupun kasar, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Motori halus
|
Motorik kasar
|
Menulis
|
Baris
berbaris
|
Menggambar
atau melukis
|
Seni
bela diri (seperti pencak silat dan karate)
|
Mengetik
atau computer
|
Senam
|
Merupa
atau seperti membuat kerajinan dari tanah liat
|
Berenang
|
Menjahit
|
Atletik
|
Membuat
kerajinan dari kertas
|
Main
sepak bola
|
Perkembangan
fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses
belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk
menerima pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi
perkembangan motorik anak itu secara fungsional.
Perkembangan
Motorik seiring dengan perkembangan
fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah
terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di
kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
b. Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga.
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
A.3. Perkembangan Kognisi
Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam
perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget
melalui empat stadium:
- Sensorimotorik (0‐2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks
bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
- Praoperasional (2‐7 tahun), anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata‐kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis
tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat
egosentris dan intuitif ketimbang logis.
- Operational Kongkrit (7‐11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini
telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
- Operasional Formal (12‐15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia.
A.4. Perkembangan Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).Berkat perkembangan sosial anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
A.5. Perkembangan Moral
Istilah “moral” berasal dari kata “mores”(latin) yang artinya tata
cara dalam kehidupan,adat istiadat,atau kebiasaan (Gunarsa, 1988: 36). Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan,sikap kewajiban dsb.(KBBI: 1993: 31)
Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap
anak:
1.
Imitasi
Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia
3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di sekitarnya. Anak
perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain dirumah, demikian
pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang
sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku
misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang tua terhadap
agama, politik, hobi dll
2. Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang
(anak)
Karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan
paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
3.
Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari
lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu
berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri.
Orang-orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan
kurang bergaul.
Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan
yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa
yang terjadi di luar dirinya.
1. Kemandirian
Kemandirian adalah kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa
bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan
kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan
segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
2. Ketergantungan
Ketergantungan di tandai dengan perilaku anak yang bersifat
kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki kemandirian yang mencakup fisik
atau mental dan perilakunya berlainan dengan anak normal.
3. Bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya
rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat
kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali melebihi orang
lain.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan
keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi
lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat
mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu
peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
A.6.
Perkembangan Emosi
Emosi dapat dirumuskan sebagai
suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya ,dan perubahan perilaku,(CP.Chaplin, 1982:
163).
Emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia,
lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan
perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya,
etnik dan bangsa.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi
oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang
sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering
kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak.
Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.
Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi
keseimbangan emosional anak.
Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang
lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali
dihadapi oleh orang tua dan anak, Biasanya orang tua berkonsultasi dengan para
ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan
berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan
sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan
bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
Stres
juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidak hadiran orang tua,
keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang
perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan
diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang
bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui
peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam
proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah
berpengaruh pada anak.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal
tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang
mempunyai harga diri.
- Memberikan
nilai secara objektif.
- Menghargai
hasil karya peserta didik.
A.7. Perkembangan Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi
dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang
kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta
hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah
dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat
dengan perkembangan kemampuan intelektualdansosial. Bahasa merupakan alat untuk
berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan
antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang
lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian
perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang
dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat
pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.
A.8. Perkembangan Agama
Salah satu hal umum yang diminati anak adalah agama.
Tak dapat disangkal bahwa perasaan keagamaan termasuk perasaan yang luhur dalam
jiwa seseorang. Perasaan keagamaan menggerakkan hati seseorang agar ia lebih
banyak melakukan perbuatan yang baik. Oleh kaerna itu,perlu memperkenalkan
agama sejak dini pada anak-anak.
Anak mempunyai keyakinan
beragama,yang diperoleh dari lingkungan rumah ataupun sekolahnya misalnya
anak-anak diajarkan memikirkan tuhan sebagai seseorang yang akan marah jika
anak-anak berbuat kesalahan dan akan menghukumnya untuk dosa yang dilakukan.Dilain
pihak ,berbagai perayaan keagamaan dilingkungan rumah atau sekolah juga
diperkenalkan pada anak,misalnya bersalam-salamn untuk saling memaafkan setiap
hari puasa,memperkenalkan pada anak mengenai hari besar ,seperti idul
fitri.natal.nyepi,waisak,juga memperkenalkan pada anak mengenai berbagai
tempat ibadah.Melalui pelajaran agama
dan PPKn anak SD dapat lebih memahami arti agama.
Dengan mengenal konsep keagamaan
,anak akan menghindari perbuatan buruk dan meningkatkan perbuatan baik.anak
akan mempunyai keyakinan bahwa dengan berbuat baik ia akan masuk surga.
demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini anak berpikir tentang konsep tuhan
,surga,neraka,malaikat ataupun dosa.Pada anak SD umumnya akan
mempertanyakan mengenai nilai dari
ketaatan beragama seperti berdoa atau sembahyang,yang kemudian akan meningkat
pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan beragama ,seperti
surge atau neraka.
Dari kegiatan pembelajaran ini kita
mendapatkan gambaran mengenai perkembangan moral anak usia SD,mulai dari
penanaman disiplin pada anak, bagaimana pemberian hukuman dan penghargaan pada
anak. Berkaitan dengan moral memang tidak bias dilepaskan dari bagaimana arti
agama bagi anak usia SD, Oleh karena pemahaman anak tentang agama tentu berbeda
dengan pemahaman orang dewasa tentang agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar