Minggu, 10 Desember 2017

Perkembangan Anak usia 11-12 tahun


A.1.  Perkembangan Fisik
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik lakilaki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada lakilaki, Sumantri dkk (2005).
  • Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.
  • Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak lakilaki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak lakilaki.
  • Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
  • Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak lakilaki. Anak lakilaki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.
  • Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 1213 tahun. Anak lakilaki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 1316 tahun.
  • Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciriciri seks primer dan sekunder.
A.2.  Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik, fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun), di tandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan yang berhubungan dengan motorik, baik halus maupun kasar, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Motori halus
Motorik kasar
Menulis
Baris berbaris
Menggambar atau melukis
Seni bela diri (seperti pencak silat dan karate)
Mengetik atau computer
Senam
Merupa atau seperti membuat kerajinan dari tanah liat
Berenang
Menjahit
Atletik
Membuat kerajinan dari kertas
Main sepak bola

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara fungsional.
            Perkembangan Motorik seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan :
a.    Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
b.    Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga.
c.    Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.

A.3.  Perkembangan Kognisi
Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium:
  • Sensorimotorik (02 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
  • Praoperasional (27 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan katakata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
  • Operational Kongkrit (711), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
  • Operasional Formal (1215 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
A.4.  Perkembangan Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.

A.5.  Perkembangan Moral
Istilah “moral” berasal dari kata “mores”(latin) yang artinya tata cara dalam kehidupan,adat istiadat,atau kebiasaan (Gunarsa, 1988: 36). Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,sikap kewajiban dsb.(KBBI: 1993: 31)
Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak:
1.         Imitasi
Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang tua terhadap agama, politik, hobi dll
2.      Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) Karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
3. Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang-orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul.
Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
1.    Kemandirian
Kemandirian adalah kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
2.    Ketergantungan
Ketergantungan di tandai dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebayanya. Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan dengan anak normal.
3.    Bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
            Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.

A.6.  Perkembangan Emosi
Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya ,dan perubahan perilaku,(CP.Chaplin, 1982: 163). Emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
             Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak.  
            Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
 Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, Biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidak hadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1.    Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
2.    Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri.
  1. Memberikan nilai secara objektif.
  2. Menghargai hasil karya peserta didik.
A.7.  Perkembangan Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektualdansosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.
A.8.  Perkembangan Agama
Salah satu hal umum yang diminati anak adalah agama. Tak dapat disangkal bahwa perasaan keagamaan termasuk perasaan yang luhur dalam jiwa seseorang. Perasaan keagamaan menggerakkan hati seseorang agar ia lebih banyak melakukan perbuatan yang baik. Oleh kaerna itu,perlu memperkenalkan agama sejak dini pada anak-anak.
            Anak mempunyai keyakinan beragama,yang diperoleh dari lingkungan rumah ataupun sekolahnya misalnya anak-anak diajarkan memikirkan tuhan sebagai seseorang yang akan marah jika anak-anak berbuat kesalahan dan akan menghukumnya untuk dosa yang dilakukan.Dilain pihak ,berbagai perayaan keagamaan dilingkungan rumah atau sekolah juga diperkenalkan pada anak,misalnya bersalam-salamn untuk saling memaafkan setiap hari puasa,memperkenalkan pada anak mengenai hari besar ,seperti idul fitri.natal.nyepi,waisak,juga memperkenalkan pada anak mengenai berbagai tempat  ibadah.Melalui pelajaran agama dan PPKn anak SD dapat lebih memahami arti agama.
            Dengan mengenal konsep keagamaan ,anak akan menghindari perbuatan buruk dan meningkatkan perbuatan baik.anak akan mempunyai keyakinan bahwa dengan berbuat baik ia akan masuk surga. demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini anak berpikir tentang konsep tuhan ,surga,neraka,malaikat ataupun dosa.Pada anak SD umumnya akan mempertanyakan  mengenai nilai dari ketaatan beragama seperti berdoa atau sembahyang,yang kemudian akan meningkat pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan beragama ,seperti surge atau neraka.

            Dari kegiatan pembelajaran ini kita mendapatkan gambaran mengenai perkembangan moral anak usia SD,mulai dari penanaman disiplin pada anak, bagaimana pemberian hukuman dan penghargaan pada anak. Berkaitan dengan moral memang tidak bias dilepaskan dari bagaimana arti agama bagi anak usia SD, Oleh karena pemahaman anak tentang agama tentu berbeda dengan pemahaman orang dewasa tentang agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume Buku Struktur Fundamental Pedagogik "The World"

Dengan istilah “dunia” (the world), Freire merujuk kepada realitas budaya. Dunia bukan sebuah realitas yang sudah tersedia sebagaimana real...