Sabtu, 09 Desember 2017

Kualitas Pribadi Konselor


Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam rangka mempersiapkan para calon konselor atau guru pembimbing, pihak lembaga yang bertanggung jawab dalam pendidikan para calon konselor tersebut dituntut untuk memfasilitasi perkembangan pribadi mereka yang berkualitas, yang dapat dipertanggung jawabkan secara profesional. Konselor yang efektif adalah yang memiliki pengetahuan akademik, kualitas pribadi, dan keterampilan konseling.



 Adapun beberapa ahli berpendapat sebagai berikut :
ACavanagh (1982) berpendapat karakteristik kualitas pribadi konselor sebagai berikut :
1. Self-knowledge (Pemahaman diri)
Self-knowledge ini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman diri sangat penting bagi konselor salah satunya karena Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga memahami orang lain.
2. Competence (Kompeten)
Yang dimaksud kompeten disini adalah bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi konselor, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Dalam hal ini, konselor berperan untuk mengajar kompetensi-kompetensi tersebut kepada klien.
3. Good Psychological Health (Kesehatan Psikologis yang Baik)
Konselor dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari kliennya. karena Ketika konselor memahami bahwa kesehatan psikologis yang dikembangkan adalah melalui konseling, maka dia membangun proses konseling tersebut secara lebih positif dengan psikologisnya yang baik.


4. Trustworthiness (Dapat Dipercaya)      
Kualitas Ini berarti bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan bagi klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam konseling, karena beberapa alasan, yaitu sebagai berikut:
1.  Esensi tujuan konseling
2.  Klien dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi konselor. 
3.  Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor, maka akan berkembang dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya sendiri.
5. Honesty (Jujur)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka),  autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling, karena Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya dan Apabila terjadi ketertutupan dalam konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien. Juga Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien
6. Strength (Kekuatan)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu klien akan merasa aman. Klien memandang konselor sebagai orang yang tabah dalam menghadapi masalah, dapat mendorong klien untuk mengatasi masalahnya,  dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.
7. Warmth (Bersikap Hangat)
Yang dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Melalui konseling, klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan “sharing” dengan konselor. Apabila hal itu diperoleh, maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
8. Actives responsiveness                                                                  
Keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat dinamis, tidak pasif. Melalui respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien.
9. Patience (Sabar)
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya.
10. Sensitivity (kepekaan)
Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada diri klien maupun dirinya sendiri.
11. Holistic awareness (Kesadaran Holistik)
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan. disini menunjukkan bahwa konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien Dimensi-dimensi itu meliputi : fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual.
B.   Shertzer dan Stone (1971) mengemukakan beberapa pendapat tentang kualitas konselor, yaitu sebagai berikut :

1)    Menurut  NVGA (National Vocational Guidance Association) konselor yang berkualitas itu ditandai dengan sifat-sifat :
 mempunyai minat untuk membantu orang lain, sabar, sensitif terhadap reaksi dan sikap orang lain, emosinya stabil, dan dapat dipercaya.

2)    Hamrin dan Paulson mengemukakan sifat-sifat konselor yang baik, yaitu : memahami diri sendiri dan  klien, simpatik, bersahabat, memiliki “sense of humor”, emosinya stabil, toleran, bersih-tertib, sabar, objektif, ikhlas, bijaksana, jujur-terbuka, kalem, lapang hati, menyenangkan, memiliki kecerdasan sosial, bersikap tenang.

3)    Association for Counselor Education  & Supervision mengemukakan 6 sifat dasar konselor, yaitu : percaya terhadap individu, komitmen terhadap nilai manusiawi individu, memahami perkembangan lingkungan, bersikap terbuka, memahami diri, komitmen terhadap profesi.

C.   Thohari Musnamar dkk. (1992) mengemukakan sifat kepriibadain yang baik (akhlaqul-karimah) konselor, yaitu : siddiq, amanah, tablighfatonah, mukhlis, sabar, tawadlu, saleh,  adil, mampu mengendalikan diri,






Daftar Pustaka
Cavanagh Michael E. (1982). The Counseling Experience. California : Brooks/Cole Publishing Co.
Thohari Musnamar dan Tim (Ed.). (1992). Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta : UII Press.
Shertzer & Stone. (1971). Fundamentals of Guidance. New York : Houghton Miflin Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume Buku Struktur Fundamental Pedagogik "The World"

Dengan istilah “dunia” (the world), Freire merujuk kepada realitas budaya. Dunia bukan sebuah realitas yang sudah tersedia sebagaimana real...